Surabaya (PHU) — Guna meningkatkan keselamatan dan kenyamanan jemaah haji khusus, Kementerian Kesehatan menegaskan pentingnya skrining kesehatan dini dan pembinaan sejak jauh hari sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Langkah ini dinilai strategis dalam menekan risiko kesehatan dan mewujudkan ibadah haji yang aman, sehat, dan memenuhi syarat istithaah.
Hal ini disampaikan oleh Muhammad Imran Saleh Hamdani, Kepala Bidang Tim Kesehatan Haji Indonesia, dalam kegiatan Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus yang digelar di Surabaya, Jumat (25/07/2025).
“Semakin cepat skrining dilakukan, semakin mudah mendeteksi dan menangani faktor risiko seperti penyakit kronis. Ini juga mempercepat proses administrasi dan persiapan keberangkatan,” tegas Imran.
Pemeriksaan Kesehatan Terintegrasi Sesuai Regulasi
Mengacu pada Permenkes No. 15 Tahun 2016 dan Kepmenkes No. HK.01.07/Menkes/508/2024, skrining kesehatan jemaah haji khusus dilakukan berjenjang, mulai dari fasilitas layanan kesehatan hingga verifikasi istithaah oleh dokter dari Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).
Jika jemaah belum memenuhi kriteria kesehatan, tersedia opsi berupa pembinaan lanjutan, penundaan keberangkatan, atau pelaksanaan badal haji.
Tantangan Kesehatan: Usia, Komorbid, dan Cuaca Ekstrem
Imran menyoroti bahwa mayoritas jemaah menghadapi tantangan dari faktor usia lanjut, penyakit bawaan (komorbid), serta kondisi lingkungan seperti suhu tinggi, udara kering, dan aktivitas fisik berat.
“Sekitar 80% rangkaian ibadah haji dilakukan di luar ruangan. Jemaah butuh stamina dan kesiapan fisik optimal untuk menjalankan ibadah dengan aman,” ujarnya.
Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci
Dalam mendukung program ini, Kemenkes memperkuat sinergi dengan Kementerian Agama, BPJS Kesehatan, pemerintah daerah, PIHK, dan tokoh agama. Salah satu bentuk nyata kolaborasi adalah integrasi data jemaah, pemeriksaan skrining JKN, serta edukasi kesehatan melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan manasik kesehatan berbasis komunitas.
Imran menyebut bahwa angka kematian jemaah haji khusus terus menurun sebagai hasil nyata dari skrining dini dan pembinaan sistemik.
“Kita ingin skrining dilakukan sejak dua tahun sebelum keberangkatan, agar upaya promotif dan preventif bisa dimaksimalkan,” katanya.
Penutup: Istithaah Jadi Landasan Haji Sehat
Dengan dukungan regulasi, sistem informasi kesehatan yang terintegrasi, serta pendekatan edukatif, pemerintah berharap istithaah kesehatan menjadi fondasi utama dalam menyukseskan ibadah haji khusus yang fokus dan terlindungi.
Kegiatan evaluasi di Surabaya ini diikuti oleh 363 peserta yang terdiri dari PIHK, pimpinan asosiasi, serta perwakilan dari Kanwil Kemenag se-Indonesia.



