“Dulu saya hanya bisa melihat Ka’bah dari televisi. Kini, saya berdiri di depannya, menangis tak henti.”
— Ibu Nurhayati, 56 tahun, dari Garut, Jawa Barat
Dari Desa Kecil ke Tanah Suci
Ibu Nurhayati, seorang ibu rumah tangga sederhana dari kampung di kaki Gunung Papandayan, tak pernah membayangkan bisa berangkat umrah. Sehari-hari ia membantu suami bertani dan mengasuh cucu.
“Setiap selesai salat, saya hanya bisa berdoa, semoga suatu hari Allah izinkan saya mencium Hajar Aswad, meski saya tidak tahu bagaimana caranya ke sana,” ujarnya.
Momen Tak Terlupakan: Dapat Rezeki Tak Terduga
Di awal tahun, anak tertuanya diam-diam mendaftarkan Ibu Nurhayati ke program umrah bersama Alzam Tour sebagai hadiah ulang tahun dan wujud bakti. Air matanya tumpah saat sang anak memberi tahu bahwa semua biaya sudah lunas.
“Waktu dengar kabar itu, saya sujud syukur. Seperti mimpi,” katanya sambil berkaca-kaca.
Menangis Saat Melihat Ka’bah
Perjalanan umrah selama 9 hari itu menjadi pengalaman spiritual paling berkesan bagi Ibu Nur. Saat memasuki Masjidil Haram dan melihat Ka’bah untuk pertama kali, tubuhnya lemas, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.
“Saya tidak sanggup berkata apa-apa, hanya bisa menangis. Itu bukan sekadar bangunan. Saya merasa Allah sedang menyambut saya.”
Pelajaran yang Membekas
Setelah pulang, Ibu Nur merasa hidupnya jauh lebih tenang dan ringan. Ia kini rajin mengajak tetangga untuk menabung demi bisa menyusul berangkat ke Tanah Suci.
“Jangan takut bermimpi. Kalau Allah sudah undang, kita pasti sampai,” tutupnya dengan senyum haru.
Kenapa Kisah Ini Penting?
Kisah seperti Ibu Nurhayati menunjukkan bahwa umrah bukan hanya untuk mereka yang punya segalanya. Siapa pun bisa dipanggil, asal niat dan percaya. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi Anda yang sedang merindukan Tanah Suci.
Terima kasih telah mengunjungi alzamtour.com
